Jakarta, CNN Indonesia —
La Nyalla Mattalitti kembali mencoba masuk ke kepengurusan PSSI setelah sempat merasakan jabatan Ketua Umum di induk organisasi sepak bola Indonesia pada 2015.
Pria 63 tahun itu menjadi orang pertama yang mendaftarkan diri secara resmi sebagai calon Ketua Umum PSSI jelang Kongres Luar Biasa yang akan berlangsung pada Maret mendatang.
Pendaftaran La Nyalla sebagai calon orang nomor satu di PSSI tak mengejutkan karena sejak beberapa hari terakhir namanya ada dalam rumor kandidat PSSI 1.
Kendati demikian, tetap saja sosok yang kerap disebut singkatan LNM itu mendapat sorotan. Netizen terperangah dengan kehadiran kembali La Nyalla yang dahulu kala ‘datang’ ke PSSI di tengah situasi panas dan penuh konflik.
La Nyalla sebenarnya lebih dulu muncul di arena organisasi olahraga saat berada di Jawa Timur dan mengisi kursi Wakil Ketua KONI Provinsi Jatim. La Nyalla lantas menjadi Ketua Pengurus Provinsi PSSI Jawa Timur.
Selanjutnya sosok yang kini menjadi Ketua DPD RI itu menjadi salah satu anggota Komite Eksekutif PSSI di masa kepemimpinan Djohar Arifin Husin pada periode 2011-2015.
Di zaman ‘geger geden‘ PSSI tersebut, La Nyalla kemudian membuat federasi tandingan bernama Komite Penyelamatan Sepak Bola Indonesia atau KPSI.
Saat itu KPSI pro kepada Indonesia Super League (ISL), dan PSSI mendukung Indonesia Premier League (IPL).
Pada 2013 PSSI kembali bersatu, Djohar memimpin dan La Nyalla menjadi Wakil Ketua Umum.
Dua tahun berselang La Nyalla terpilih menjadi Ketua Umum PSSI, namun umur kepemimpinannya singkat karena Kemenpora kemudian membekukan PSSI.
Posisinya lantas digantikan Edy Rahmayadi yang terpilih dalam Kongres Luar Biasa pada 2016.
La Nyalla Mattalitti menyerahkan formulir pendaftaran calon Ketua Umum PSSI. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc)
|
Dalam tanya jawab dengan wartawan saat mendaftar jadi calon Ketua Umum PSSI, La Nyalla pun mengumbar nostalgia saat masih menjadi pengurus PSSI.
“Saya masih ingat sekali perjuangan PSSI mulai dari 2012 sampai 2015, yang mulai dari PSSI asli dan anggotanya palsu, kemudian saya membuat KPSI yang organisasinya palsu tapi anggotanya asli.”
“Setelah pertemuan beberapa kali IPL dan ISL tetap jalan dan Alhamdulillah terjadi kongres luar biasa penggabungan antara IPL dan ISL. Di situ akhirnya Pak Djohar Arifin sebagai Ketum dan saya sebagai Waketum yang membidangi Badan Tim Nasional [BTN]. Kemudian di 2015 ada KLB, dari 107 voters, saya mendapatkan 94 voters dan sisanya untuk calon ketum lain yang jumlahnya ada sembilan atau sekian,” cerita La Nyalla mengenang masa lalu.
[Gambas:Video CNN]
(nva/har)
Sumber: www.cnnindonesia.com