Indeks
Bola  

Kisah Penuh Haru Aremania yang Mohon ke Polisi Tak Tembak Gas Air Mata

Suporter Arema FC Yohanes Prasetyo menceritakan momen saat ia memohon kepada polisi agar tak menembakkan gas air mata di Tragedi Kanjuruhan.
Jakarta, CNN Indonesia

Suporter Arema FC Yohanes Prasetyo menceritakan momen saat ia memohon kepada polisi agar tak menembakkan gas air mata di Tragedi Kanjuruhan.

Yohanes menjadi salah satu dari puluhan ribu Aremania yang menyaksikan langsung kekalahan Arema FC dari Persebaya Surabaya 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10).

Sebelum peristiwa tragis itu terjadi, Yohanes mengatakan sama sekali tidak memiliki niatan untuk turun ke area lapangan. Ia justru ingin pulang karena harus bekerja setelah menyaksikan pertandingan tim Singo Edan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

“Saya sebenarnya enggak ada inisiatif turun ke lapangan. Saya mau pulang, saya mau kerja setelah pulang lihat Arema,” ujar Yohanes yang sempat tak kuasa menahan air mata saat menceritakan peristiwa di Stadion Kanjuruhan yang dikutip dari tayangan Youtube Mata Najwa, Kamis (6/10).

“[Setelah] 90 menit saya tidak langsung pulang, menunggu di pintu keluar agak sepi dikit. Sambil menunggu ternyata ada keributan itu, ada tembakan gas air mata ke tribune, itu kalau enggak salah sekitar tribun enam atau tujuh. Setelah itu saya bergegas berdiri, saya mau keluar sebelum takutnya [kejadiannya] tambah [membuat saya] tidak bisa keluar. Tidak jadi kerja,” ia melanjutkan.

Namun keinginan Yohanes untuk keluar dari stadion dan pergi bekerja tidak terjadi. Ia justru terkena gas air mata yang ditembakkan oleh aparat keamanan ke arah tribun.

Yohanes juga mendengarkan jeritan minta tolong dari anak kecil dan ibu-ibu yang berada di Stadion Kanjuruhan. Suara-suara yang membuatnya kemudian memutuskan turun ke area lapangan sekaligus meminta aparat keamanan agar tak menembakkan gas air mata ke arah tribun.

“Saya bisa mendengar saudara-saudara saya Aremania minta tolong. anak kecil minta tolong, suara ibu-ibu itu minta tolong. Disitu yang membuat saya inisiatif mau turun ke lapangan, cuma memohon sama aparat kepolisian memohon tidak meneruskan tembakan itu,” katanya.


“Awal pak polisi bilang, ‘oiya bilangin teman-temanmu’. Waktu itu [ada] satu oknum itu berteriak sama saya, mulai membentak-bentak, itu mulai ada serangan kepada saya. Awal serangan dari belakang, mengarah ke kepala, itu serangan beberapa kali, saya tidak melihat siapa yang menyerang, ndak melihat orangnya siapa, tidak melihat identitasnya.”

Tragedi Kanjuruhan menyebabkan 131 orang meninggal dunia. Polri telah menetapkan enam tersangka berkaitan dengan tragedi ini dengan tiga di antaranya dari lingkup sepak bola yaitu Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita, Ketua Panpel Arema Abdul Haris, dan Security Officer tim Singo Edan Suko Sutrisno.

[Gambas:Video CNN]

(jal/nva)





Sumber: www.cnnindonesia.com

Exit mobile version