Delapan dari starter Indonesia U-23 saat membantai Taiwan U-23 adalah skuad Timnas Indonesia saat melawan Argentina. Tim ini kelasnya bukan level usia.
Kedelapan pemain tersebut adalah Ernando Ari Sutaryadi, Rizky Ridho, Elkan Baggott, Pratama Arhan, Rafael Struick, Ivar Jenner, Marselino Ferdinan, dan Witan Sulaeman.
Kelas pemain-pemain ini, ditambah kematangan Ramadhan Sananta, Arkhan Fikri, dan Ilham Rio Fahmi, membuat Taiwan tak berkutik. Sembilan gol dilesakkan tanpa mampu dibalas Taiwan.
Sejatinya, sembilan gol ini statistik yang kurang impresif. Pasalnya ada 27 tembakan yang berhasil dilepaskan ke gawang Taiwan. Dari 27 kali itu, 15 di antaranya tepat sasaran.
Jika saja pemain tampil lebih tenang dengan kerja sama lebih solid, belasan gol mungkin tercipta. Dengan kualitas Taiwan yang jauh di bawah Indonesia, belasan gol sangat pantas diciptakan.
Dengan kualitas lawan yang rendah, performa pemain pun belum bisa diuji. Semua pemain terlihat tampil hebat, kuat, akurat, dan juga brilian, karena musuh yang tidak bisa melawan.
Malahan kerja sama, soliditas, dan chemistry antarpemain terlihat belum terlalu tinggi. Begitu gol keempat tercipta, individual pemain menonjol. Hasrat atau ego mencetak gol naik tajam.
Ini membuat pola serangan tidak klinis. Hal ini pula yang membuat Taiwan bisa sedikit menekan. Bola cepat yang diterapkan membuat pertahanan Indonesia beberapa kali ditekan Taiwan.
Beruntung lini depan Taiwan sudah kehilangan imajinasi. Mereka tak punya lagi cara membobol gawang Indonesia, sehingga menyerang dengan sporadis. Tentu saja mudah dipatahkan.
Dalam laga itu Taiwan hanya bisa melepas dua tendangan, yang dua-duanya tak tepat sasaran. Dengan penguasaan bola hanya 31 persen, ini tidak terlalu buruk untuk pemain kelas universitas.
Karenanya pula Shin Tae Yong tidak boleh membiarkan para pemainnya besar kepala. Kemenangan atas Taiwan sama sekali tidak menggambarkan kedigdayaan sepak bola Indonesia di pentas Asia.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Sumber: www.cnnindonesia.com