Bola  

Andre Onana dan Siklus Toksik Suksesor Kiper MU

Andre Onana sedang jadi bulan-bulanan setelah tampil buruk bersama Manchester United dalam beberapa pertandingan terakhir.
Jakarta, CNN Indonesia

Andre Onana sedang jadi bulan-bulanan setelah tampil buruk bersama Manchester United dalam beberapa pertandingan terakhir. Ini bukan pertama kalinya, kiper MU jadi bahan olok-olok di awal perjalanan bersama klub.

Komentar pedas kepada kiper ‘hijau’ sudah berlangsung dalam waktu cukup lama. Sejak pencapaian tersukses The Red Devils pada 1999 silam, posisi penjaga gawang kerap jadi perbincangan.

Selepas menyandang status treble winners pada 1999, MU kesulitan dalam urusan mencari penjaga gawang yang sepadan menggantikan Petr Schmeichel. Standar publik kepada kiper semakin tinggi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hengkangnya Schmeichel dari Old Trafford mau tak mau membuat Alex Ferguson melakukan revolusi penjaga gawang. Raimond Van Der Gouw yang angin-anginan sebagai pelapis membuat MU menambah dua kiper matang, yakni Mark Bosnich dan Massimo Taibi.

Dari tiga kiper itu, Alex Ferguson kerap mengutak-atik kiper sepanjang musim 1999-2000. Bosnich mencatat 23 penampilan, Van Der Gouw tetap jadi pelapis dengan 14 caps, lalu Massimo Taibi dengan empat laga ternyata tidak memuaskan terutama saat blunder fatal saat menangkap tendangan pelan Matt Le Tissier pada September 1999.

Meski pada akhirnya MU berhasil mempertahankan gelar juara Premier League 1999/2000, Alex Ferguson melakukan perombakan di pos penjaga gawang. Bosnich dan Taibi didepak lalu hadirlah kiper plontos asal Prancis, Fabien Barthez.

Barthez adalah oase kiper MU setelah era Schmeichel yang terbukti dari 30 caps di musim pertamanya untuk United. Namun, Barthez berkali-kali jadi target kritik lantaran gaya permainan eksentrik karena kerap keluar kotak penalti dan membahayakan kawan-kawan.

Kelakuan Barthez akhirnya membuat Ferguson gusar dan menggantikannya dengan Tim Howard, kiper dari Amerika Serikat pada 2003. Namun masalah klasik di bawah mistar kembali terjadi.

Howard hanya satu musim jadi kiper utama sebelum tempatnya ditukar dengan Roy Caroll. Alhasil setelah dua musim bertahan, Howard memutuskan hengkang. MU kembali membuka lembaran baru bersama Edwin Van Der Sar pada 2005.

Kiper asal Belanda itu sempat dipandang sebelah mata karena bergabung di usia 35 tahun. Akan tetapi, Van Der Sar turut berperan dalam mengembalikan kejayaan MU. Tiga gelar Premier League dan satu trofi Liga Champions jadi buktinya.

Suporter sudah terlanjur jatuh cinta kepada Van Der Sar. Namun keputusannya hengkang tak bisa diganggu gugat. Revolusi kiper kembali terjadi di musim 2010/2011.




Davi de Gea jadi salah satu kiper terbaik Manchester United. (REUTERS/DAVID KLEIN)

Ferguson mendatangkan David De Gea yang saat itu masih 20 tahun. Keraguan publik menyasar pada diri De Gea yang dianggap terlalu kurus untuk seorang kiper. Kebobolan 47 kali dari 39 pertandingan pada musim perdana membuat dirinya jadi sasaran kritikan.

Ferguson membela De Gea mati-matian dan tetap memberi kepercayaan penuh pada diri sang kiper. Kasih sayang itu dibayar oleh De Gea dengan bertahan 12 tahun di MU.

Perolehan trofi Premier League yang ditorehkan De Gea memang tak sebanyak Van Der Sar dan Schmeichel. Tapi, De Gea adalah kiper dengan masa bakti paling lama dan penampilan terbanyak di MU. Itu yang membuat namanya terpatri di dalam sanubari fans MU.

Tak heran ketika Andre Onana datang dan tampil minor di awal musim bersama MU, siklus toksik mengolok-olok kiper yang jadi suksesor kembali terjadi.

Baca di halaman berikutnya>>>



Sumber: www.cnnindonesia.com