Tim Badminton Indonesia gagal total di Asian Games. Mereka pun menyampaikan evaluasi terkait kegagalan tersebut.
Tim Badminton Indonesia berangkat ke Hangzhou dengan target meraih tiga medali emas. Namun mereka pulang benar-benar dengan tangan hampa. Bukan sekadar gagal meraih tiga medali emas, Tim Badminton Indonesia bahkan tidak punya medali untuk disumbangkan ke kontingen Indonesia.
Kabid Binpres PP PBSI Rionny Mainaky, dikutip dari detik, sudah mengutarakan poin-poin evaluasi. Berikut 16 poin evaluasi PBSI usai gagal total di Asian Games:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Saya atas nama tim bulutangkis Indonesia meminta maaf kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga, Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) dan seluruh masyarakat Indonesia atas kegagalan ini. Hasil ini tanggung jawab saya sebagai Kabid Binpres PP PBSI.
2. Saya juga mengucapkan terima kasih atas dukungan dan motivasi seluruh pihak berupa saran, kritik dan masukan kepada kami. Ini akan menjadi bahan evaluasi kami untuk melakukan pembenahan demi perbaikan.
3. Dalam rapat evaluasi lengkap yang digelar di Pelatnas PBSI Cipayung, Senin, 9 Oktober 2023, saya, para pelatih, pengurus harian, dan team support sudah menyatakan komitmen untuk bersama-sama berbenah. Kami tidak saling menyalahkan, tetapi saling mendukung untuk bersama-sama berbenah dan mencari solusi terbaik untuk membangkitkan kembali prestasi bulutangkis Indonesia. Segala kekurangan dan kelemahan ini akan kami segera benahi.
Fajar/Rian kalah di babak perempat final Asian Games. (Arsip PBSI)
|
4. Kegagalan di Asian Games Hangzhou, bukan semata karena faktor fisik. Kondisi fisik pemain tetap prima, walaupun hasilnya kalah. Para pemain tidak bisa menunjukkan performa terbaik karena mendapat tekanan mental harus juara, tidak boleh kalah. Dampaknya jadi ragu-ragu, kurang yakin. Padahal, mereka tampil ke Hangzhou dengan bermodalkan hasil sukses di AG Jakarta 2018.
5. Di lapangan, terlihat para pemain permainannya tegang, tertekan, tidak enjoy atau tidak bisa menikmati permainan. Mereka tidak bisa keluar dari tekanan mental harus menang. Mental, fokus, konsentrasi, dan tidak bisa keluar dari beban harus menang. Semua kelemahan pemain ini coba kami benahi.
6. Misalnya, Jojo (Jonatan Christie) kalah karena ragu-ragu, kurang yakin, tegang. Dia terlalu kepikiran tidak mau mengecewakan tim. Dampaknya, main kurang nyaman dan terbebani, sehingga banyak melakukan kesalahan sendiri.
7. Hal serupa ada pada diri Gregoria (Mariska Tunjung) Sangat terlihat ketegangan. Sudah berupaya keras, tetapi tetap tak berhasil melepas rasa tegang. Akhirnya banyak salah dan serba ragu-ragu.
8. Untuk ganda putra Fajar/Rian, memang mereka kalah speed dan power. Mereka harus bisa lebih maksimal dan fokus dalam menjalankan program latihan fisik. Harus bisa merancang strategi bermain yang lebih variatif dan tak monoton. Mereka harus lebih serius mempelajari kelemahan, kelebihan lawan, serta kekurangan dan kelebihan sendiri.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Sumber: www.cnnindonesia.com